PM Jepang Mundur dari Jabatan Usai Kekalahan Pemilu

Sewamobiljogjalepaskunci.idPerdana Menteri atau PM Jepang Shigeru Ishiba mengumumkan pengunduran diri pada 7 September 2025 setelah kekalahan Pemilu Majelis Tinggi dan tekanan internal LDP memuncak.

Pendahuluan

Pada 7 September 2025, Perdana Menteri atau PM Jepang Shigeru Ishiba secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya sebagai PM dan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP). Keputusan ini muncul usai serangkaian kekalahan pemilu, menurunnya dukungan publik, dan tekanan internal yang semakin kuat.

Latar Belakang Kekalahan Pemilu

Pada pemilu Majelis Tinggi (House of Councillors) pada 20 Juli 2025, koalisi LDP-Komeito kehilangan mayoritasnya. Hal ini menjadi momentum kritik tajam bagi pemerintahan Ishiba, yang juga sebelumnya merengkuh kekalahan di majelis rendah pada akhir 2024.

Meski mengalami kekalahan, PM Jepang Ishiba awalnya menolak mengundurkan diri demi menyelesaikan negosiasi kesepakatan tarif dengan Amerika Serikat. Namun, publikasi rencana pengunduran diri pada akhir Agustus sempat dibantah oleh Ishiba saat itu.

Tekanan Internal dan Politik yang Memuncak

Kekalahan beruntun tersebut memicu ketegangan politik dalam LDP. Sejumlah tokoh senior seperti Yoshihide Suga dan Shinjiro Koizumi mendesak Ishiba mundur guna mencegah terbelahnya partai. Tekanan ini diperparah oleh kritik keras dari mantan PM Taro Aso dan figure konservatif lain dalam partai.

Pencapaian Ishiba: Kesepakatan Dagang AS–Jepang

Sebelum mundur, PM Jepang Ishiba berhasil mengamankan kesepakatan penting dengan AS: penurunan tarif otomotif ke 15% dan janji investasi Jepang senilai USD 550 miliar di sektor seperti semikonduktor dan infrastruktur. Namun, pencapaian ini dinilai belum cukup menyelamatkan posisinya di tengah krisis kepercayaan publik dan partai.

Pengunduran Diri: Strategi Meredam Perpecahan

Dengan mengumumkan pengunduran diri sebelum pemilihan ketua partai berikutnya, Ishiba berusaha meredam potensi konflik internal. Ia akan tetap menjabat sementara sampai LDP memilih penggantinya—proses yang diperkirakan memakan waktu sekitar satu bulan.

Siapa yang Berpotensi Menjadi Pengganti?

Lamada kuat untuk memuncaki LDP pasca-Ishiba meliputi:

  • Sanae Takaichi, tokoh konservatif dan mantan menteri, jika terpilih akan menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang.
  • Shinjiro Koizumi, figur baru nan reformis, berpeluang menjadi PM termuda era modern.
  • Yoshimasa Hayashi, Wakil Sekretaris Kabinet berpengalaman, dikenal menghargai independensi bank sentral.

Peluang bagi pihak oposisi juga muncul, mengingat LDP kehilangan mayoritas parlemen.

Dampak dan Tantangan Kedepan

Pengunduran diri PM Jepang Ishiba menandai fase baru politik Jepang yang penuh ketidakpastian. Hilangnya mayoritas parlemen dan perpecahan internal LDP membuka peluang bagi partai oposisi atau formasi pemerintahan koalisi lainnya. 

Selain itu, geopolitik regional dan tantangan ekonomi seperti inflasi tetap menjadi ujian bagi pemerintahan berikutnya.


Kesimpulan

Perdana Menteri Shigeru Ishiba mengundurkan diri pada 7 September 2025, menyusul serangkaian kekalahan Pemilu Majelis Tinggi yang melemahkan LDP dan dukungan publiknya. Meski berhasil mengamankan kesepakatan dagang besar dengan AS, tekanan internal dan urgensi menjaga persatuan partai menjadi alasan utama langkah ini. LDP kini tengah bersiap memilih pemimpin baru, dengan nama-nama seperti Sanae Takaichi dan Shinjiro Koizumi mencuat di pencalonan.

Mungkin Anda Menyukai