Sewamobiljogjalepaskunci.id – Seorang mekanik mengklaim bahwa 50% Kandungan Ethanol dalam Pertalite. Artikel ini membahas klaim tersebut, bukti eksperimen, dan dampaknya bagi mesin serta kebijakan bahan bakar.
Pendahuluan
Belakangan ini ramai diperbincangkan klaim seorang mekanik bahwa Pertalite mengandung 50% etanol (E50). Jika benar, klaim ini membawa implikasi besar terhadap performa mesin, efisiensi bahan bakar, dan regulasi bahan bakar di Indonesia. Banyak pengguna kendaraan yang penasaran: apakah klaim ini berdasar atau sekadar desas-desus?
Dalam artikel ini kita akan membahas:
- Apa klaim mekanik tersebut
- Apakah ada bukti eksperimen yang mendukung
- Implikasi jika benar
- Pendapat teknis dan batasan ilmiah
- Kesimpulan apakah klaim itu valid atau belum
BACA JUGA : KKB Papua Bakar SMPN Kiwirok: Serangan Terhadap Masa Depan Anak Papua
Klaim Mekanik: “Pertalite Mengandung 50% Ethanol”
Sumber klaim ini berasal dari mekanik yang menyatakan bahwa berdasarkan pengujian internal (misalnya dengan alat campuran atau analisis sendiri), bahan bakar Pertalite — yang selama ini diklaim sebagai bensin dengan RON 90 — ternyata mengandung 50% etanol (setara E50). Menurut mekanik tersebut, efeknya tampak dari karakteristik mesin, seperti suara lebih halus, perubahan konsumsi, maupun efek performa yang berbeda dari ekspektasi bensin murni.
Klaim semacam ini beredar di forum otomotif dan media sosial, sering digunakan untuk mempertanyakan transparansi spesifikasi BBM dan potensi pencampuran bahan bakar. Namun, klaim ini tidak bisa diterima mentah-mentah tanpa bukti ilmiah dan verifikasi dari lembaga penguji independen.
Bukti Eksperimen dan Studi Terkait Ethanol dalam Pertalite
Untuk menilai klaim Ethanol dalam Pertalite tersebut, kita dapat merujuk pada sejumlah penelitian akademik yang menyelidiki campuran Pertalite dan etanol (meskipun sebagian besar penelitian tidak mengonfirmasi kandungan etanol pada kontraproduk komersial seperti Pertalite, melainkan bahan bakar campuran yang sengaja dibuat dalam laboratorium).
1. Penelitian “Pertalite & 50% Ethanol + Variasi Ignition Timing”
Sebuah penelitian dari Poltekbang Surabaya menguji campuran 50% etanol dan 50% Pertalite (E50) pada mesin piston 1 silinder, dengan variasi sudut pengapian. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi tersebut bisa meningkatkan performa mesin dan efisiensi bahan bakar pada konfigurasi optimal.
Penelitian Ethanol dalam Pertalite ini menyimpulkan bahwa:
- Dengan campuran Pertalite 50% : Ethanol 50%, dan modifikasi sudut pengapian, terjadi peningkatan torsi (13,96 N·m) dibandingkan kondisi pengapian biasa.
- Konsumsi bahan bakar spesifik (fuel consumption per satuan kerja) mencapai titik terendah pada konfigurasi terbaik (0,42 ml/s), menurut pengukuran dinamometer.
Namun, penting dicatat bahwa penelitian ini menggunakan bahan bakar campuran buatan (laboratorium) — bukan mengambil sampel Pertalite komersial dari pom bensin.
2. Studi Campuran Etanol-Pertalite pada Motor
Ethanol dalam Pertalite, Beberapa penelitian di Indonesia memeriksa dampak etanol sebagai campuran bahan bakar terhadap motor bermesin bensin. Misalnya:
- Analisis penggunaan etanol-pertalite untuk motor Honda Scoopy menunjukkan bahwa campuran di atas 50% etanol cenderung lebih boros dibanding campuran di bawah 50%.
- Penelitian lain menunjukkan bahwa campuran E50 (50%) dalam bahan bakar memerlukan modifikasi sudut pengapian secara signifikan untuk memperoleh keuntungan performa dan menekan emisi.
3. Batasan Studi-studi Ini
Ethanol dalam Pertalite, Kendati penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa campuran E50 dapat menghasilkan karakteristik tertentu (naik torsi atau daya di titik pengapian tertentu), hal itu tidak sama dengan bukti bahwa Pertalite di SPBU secara resmi mengandung etanol 50%. Beberapa hal yang membatasi kesimpulan:
- Bahan bakar uji adalah campuran sengaja dibuat, bukan produk Pertalite komersial.
- Modifikasi mesin dan pengapian umumnya diperlukan agar campuran tinggi etanol dapat bekerja optimal. Tanpa modifikasi, mesin konvensional bisa tidak kompatibel.
- Karakteristik kimia etanol berbeda dari bensin: nilai kalor (heat value), densitas, viskositas, dan sifat volatilnya berbeda. Di atas persentase tertentu, performa mesin bisa terganggu.
- Regulasi bahan bakar nasional menyebutkan spesifikasi resmi untuk Pertalite, yang tidak menyebut kandungan etanol 50%.
Apakah Klaim Itu Valid?
Ethanol dalam Pertalite, Berdasarkan analisis dan bukti yang tersedia, klaim bahwa “Pertalite mengandung 50% etanol” sangat diragukan. Berikut alasannya:
- Tidak ada dokumen resmi atau spesifikasi dari produsen BBM (seperti Pertamina) yang menyebut bahwa Pertalite mengandung 50% etanol.
- Penelitian ilmiah hanya mempelajari campuran etanol dan pertalite sebagai eksperimen, bukan mengambil sampel dari Pertalite di pom bensin dan menganalisis kandungannya secara kimiawi.
- Jika benar mengandung 50% etanol, maka banyak efek teknis harus muncul: mesin akan mengalami karakteristik pembakaran berbeda, injeksi atau karburator disesuaikan, serta efek korosi atau keausan jika tidak dirancang untuk itu.
- Nilai kalor etanol lebih rendah dibandingkan bensin, sehingga jika kandungannya tinggi, mesin akan memerlukan lebih banyak volume bahan bakar untuk menghasilkan tenaga yang sama — sebuah konsep yang menjadi indikasi bahwa klaim 50% tidak praktis untuk penggunaan massal tanpa penyesuaian mesin besar-besaran.
Dengan demikian, klaim Ethanol dalam Pertalite tersebut belum dapat diterima sebagai fakta kuat kecuali ada analisis laboratorium independen yang membuktikannya.
Implikasi Jika Klaim Terbukti
Meski saat ini klaim Ethanol dalam Pertalite tersebut belum dibuktikan, mari kita lihat apa implikasi jika benar:
- Performa Mesin dan Modifikasi Diperlukan
Mesin yang dirancang untuk bensin murni akan memerlukan penyesuaian, seperti pengaturan pengapian dan kalibrasi injeksi, agar campuran tinggi etanol dapat bekerja optimal. - Konsumsi dan Efisiensi Bahan Bakar
Karena etanol memiliki nilai kalor lebih rendah dibanding bensin, konsumsi volume akan cenderung meningkat. Jika mesin tidak dioptimalkan, efisiensi bisa turun. - Potensi Korosi dan Keausan
Etanol bersifat higroskopis (menyerap air) dan bisa menyebabkan korosi pada bagian bahan bakar, injektor, atau sistem bahan bakar yang tidak dirancang untuk alkohol tinggi. - Kebijakan dan Regulasi Bahan Bakar
Jika Pertalite benar mengandung 50% etanol, maka regulasi dan standar bahan bakar nasional harus disesuaikan — baik terkait emisi, sertifikasi mesin, dan izin penggunaan bahan bakar. - Dampak Jangka Panjang pada Mesin Konsumen
Jika konsumsi meningkat dan mesin tidak cocok, konsumen bisa menghadapi biaya perawatan lebih tinggi, kerusakan, atau penurunan daya tahan mesin.
Pandangan Teknologi & Saran Penyelidikan
Untuk menyelidiki lebih lanjut klaim Ethanol dalam Pertalite seperti ini, diperlukan langkah teknis:
- Analisis kimia independen: ambil sampel Pertalite dari berbagai SPBU dan lakukan spektroskopi untuk menentukan kandungan etanol.
- Pemodelan dan simulasi mesin: lihat bagaimana mesin generik akan merespons campuran etanol tinggi tanpa modifikasi.
- Uji jangka panjang: jika campuran tinggi etanol digunakan terus-menerus, pantau efek pada injektor, sistem bahan bakar, dan performa mesin.
- Kolaborasi antara industri BBM dan lembaga penelitian untuk transparansi spesifikasi bahan bakar bagi publik.
Kesimpulan
Klaim bahwa Pertalite mengandung 50% etanol adalah isu yang menarik dan kontroversial, tapi belum terbukti secara ilmiah. Penelitian yang ada lebih banyak berkaitan dengan bahan bakar campuran (misalnya E50) dalam kondisi eksperimen, bukan produk komersial.
Sampai ada bukti laboratorium independen yang jelas, klaim Ethanol dalam Pertalite tersebut harus dianggap sebagai dugaan atau spekulasi. Bagi pengguna kendaraan, penting untuk tetap merujuk ke spesifikasi resmi BBM dan menjaga agar mesin dirawat sesuai rekomendasi pabrikan.
