Sewamobiljogjalepaskunci.id – Pada 24 September 2025, rupiah melemah kembali terhadap dolar AS, dipengaruhi oleh faktor global dan domestik seperti kebijakan moneter dan arus modal asing.
Gambaran Umum Pergerakan Rupiah
Pada tanggal 24 September 2025, pasar valuta asing Indonesia mencatat tekanan baru terhadap Rupiah Melemah. Nilai tukar Rupiah Melemah dan bergerak fluktuatif dan pada akhir perdagangan cenderung melemah. Meskipun beberapa waktu sebelumnya sempat terdengar kabar penguatan tipis, sejumlah analis memperkirakan bahwa sentimen global dan domestik akan menekan rupiah untuk kembali melemah.
Menurut prediksi, rupiah pada hari tersebut berpotensi ditutup dalam kisaran Rp 16.720 hingga Rp 16.870 per dolar AS.
BACA JUGA : Istri Gus Dur dan Tokoh Bangsa Mendatangi Polda Metro
Faktor Penyebab Rupiah Melemah
Beberapa faktor kunci memicu Rupiah Melemah lagi pada 24 September 2025:
- Kebijakan Moneter Global dan Suku Bunga AS
Pasar mulai mengantisipasi langkah The Fed (Bank Sentral AS). Jika pasar melihat bahwa AS masih akan mempertahankan atau memperketat kebijakannya, mata uang dolar menguat dan memberi tekanan terhadap mata uang emerging, termasuk rupiah. - Pemangkasan Suku Bunga Bank Indonesia
Kebijakan pelonggaran moneter domestik, seperti penurunan suku bunga, dapat melemahkan daya tarik rupiah bagi investor asing. Ada indikasi bahwa kebijakan moneter domestik turut menjadi perhatian pasar - Arus Modal Asing (Capital Outflow)
Saat investor global mencari aset yang lebih aman atau berkinerja stabil, mereka cenderung menarik modal dari pasar negara berkembang. Arus keluar modal asing (outflow) menyebabkan permintaan rupiah menurun relatif terhadap dolar. - Sentimen Politik dan Ekonomi Domestik
Adanya pergantian Menteri Keuangan dan ketidakpastian fiskal turut memperlemah persepsi pasar terhadap kestabilan ekonomi Indonesia. - Kondisi Neraca Perdagangan dan Ekspektasi Inflasi
Jika ekspor melemah atau impor tetap tinggi, defisit perdagangan bisa melebar, menekan nilai tukar. Juga, investor memperhatikan data inflasi domestik dan ekspektasi inflasi agar bisa menentukan posisi di pasar valuta.
Dampak Pelemahan Rupiah
Rupiah Melemah memiliki sejumlah konsekuensi yang luas bagi perekonomian nasional:
- Meningkatnya Biaya Impor
Barang-barang impor seperti bahan baku, bahan bakar, dan teknologi akan menjadi lebih mahal dalam rupiah, meningkatkan tekanan biaya bagi sektor industri dan konsumen. - Inflasi Tekanan Eksternal
Barang impor yang lebih mahal dapat mendorong inflasi impor, terutama barang konsumen yang dipasok dari luar negeri. - Beban Utang Luar Negeri
Perusahaan dan pemerintah yang memiliki kewajiban utang dalam dolar akan melihat nilai rupiah yang lebih rendah memperbesar beban pembayaran kembali. - Volatilitas Pasar Modal
Pasar saham dan obligasi bisa terdampak negatif karena investor asing menarik dana sebagai respons terhadap kurs yang melemah. - Kepercayaan Investor Menurun
Melemahnya rupiah bisa mengurangi kepercayaan investor terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia dalam jangka pendek.
Respons dan Strategi dari Pemerintah & Bank Indonesia
Untuk mengantisipasi tekanan terhadap nilai tukar, beberapa langkah yang bisa dan mungkin diambil adalah:
- Intervensi Pasar Valuta Asing
Bank Indonesia dapat menjual cadangan devisa untuk menahan pelemahan rupiah jika dinilai berlebihan. - Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan fiskal yang lebih hati-hati serta sinergi antara Kementerian Keuangan dan BI penting untuk menjaga kredibilitas dan stabilitas. - Insentif Menahan Dolar dalam Negeri
Pemerintah bisa mempertimbangkan insentif agar warga dan korporasi tidak mendollarisasi aset mereka ke luar negeri. - Komunikasi dan Transparansi Kebijakan
Menyampaikan secara jelas arah kebijakan moneter dan fiskal agar pasar tidak terbebani ketidakpastian.
Proyeksi Jangka Pendek dan Menengah
Dalam jangka pendek, Rupiah Melemah kemungkinan masih ditekan oleh faktor global dan domestik yang belum mereda. Bila The Fed menunjukkan sinyal hawkish, maka dolar bisa makin kuat dan memperpanjang tekanan terhadap rupiah.
Namun, bila ada intervensi yang efektif dan data ekonomi domestik positif, rupiah bisa kembali stabil. Proyeksi untuk akhir tahun 2025 bahkan menyebut rupiah bisa menyentuh kisaran Rp 17.000 per USD jika tekanan berlanjut.
Kesimpulan
Pada tanggal 24 September 2025, rupiah kembali menunjukkan tren pelemahan terhadap dolar AS. Meskipun prediksi sempat mengarah pada penguatan tipis, faktor eksternal seperti kebijakan The Fed, arus modal asing, serta kondisi domestik seperti kebijakan fiskal dan moneter baru, menjadikan rupiah berada di bawah tekanan.
Dampaknya terasa di berbagai sektor — impor menjadi lebih mahal, beban utang luar negeri meningkat, dan ketidakpastian investor makin tinggi. Untuk menjaga stabilitas, pemerintah dan Bank Indonesia dituntut memainkan peran aktif — melalui intervensi, sinergi kebijakan, serta komunikasi yang jelas agar pasar tidak diselimuti ketidakpastian terus-menerus.